PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA ARAB DI MADRASAH ALIYAH TARBIYAH KOTA TANGERANG

LAPORAN PENELITIAN DOSEN

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA ARAB DI MADRASAH ALIYAH TARBIYAH
KOTA TANGERANG

 

1

 

Disusun Oleh:
H. KHOIRUL ANWAR, M.Pd
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2013
SAMBUTAN REKTOR UMT
Bismillahirahmanirrahim

Perkembangan pemikiran tentang ilmu pendidikan semenjak ilmu tersebut berdiri sebagai disiplin ilmu tampak semakin maju. Hal itu disebabkan oleh kesadaran tinggi dikalangan ilmuwan untuk memecahkan setiap masalah pendidikan secara serius. Dalam sejarah ilmu pendidikan kita mengenal berbagai teori pendidikan yang berkaitan dengan cara penyampaian pelajaran dalam pendidikan formal atau konsep lainnya. Ini suatu pertanda, bahwa ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu senantiasa berkembang karena tuntutan perkembangan sosial dan ilmu pengetahuan.
Untuk itu harus ada keseimbangan di antara berbagai perkembangan tersebut. Sehingga seoarang dosen disamping mengetahui teori mengajar, juga harus mengetahui dan menguasai teori belajar. Oleh karena itu belajar merupakan proses psikologis yang terjadi dalam diri seseorang.
Dengan adanya perkembangan pendidikan tersebut, Alhamdulillah dosen-dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) sudah mulai mengadakan penelitian keberbagai sekolah yang ada di kota Tangerang dan sekitarnya.
Laporan penelitian dosen merupakan pedoman dan acuan bagi dosen untuk mengadakan penelitian selanjutnya, serta bagi mahasiswa yang akan menyusun karya ilmiah.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah melakukan penelitian ke sekolah, sehingga berbentuk laporan penelitian dosen. Semoga amal usaha kita mendapat ridho dan berkah dari Allah SWT. Amin.
Tangerang, Nop 2013
Rektor UMT
Dr. H. Achmad Badawi, S.Pd, S.E, M.M
NBM. 552 770
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul:“Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Siswa Terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab Di Madrasah Aliyah Tarbiyah Kota Tangerang”.
Peneliti memilih judul tersebut karena ingin mengetahui seberapa besar pengaruh latar belakang pendidikan siswa terhadap hasil belajar bahasa arab.
Penelitian ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan peneliti terima dengan senang hati.
Peneliti menyadari bahwa sebuah keberhasilan tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun material. Untuk itu dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti sampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. H. Achmad Badawi, S.Pd, MM, Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang yang telah membantu dan memberi kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian ini.
2. Segenap dosen dan stap administrasi Universitas Muhammadiyah Tangerang.
3. Herdiman, S.Pd, Selaku Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang.
4. Istri dan Anak-anak tercinta peneliti.
Atas kehendak Allah jualah yang memberikan imbalan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Tangerang, Nopember 2013
Peneliti
H. KHOIRUL ANWAR, M.Pd
DAFTAR ISI
SAMBUTAN REKTOR UMT……………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………
DAFTAR TABEL…………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………

BAB  I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………….
B. Identifikasi Masalah………………………………………
C. Pembatasan Masalah……………………………………..
D. Perumusan Masalah………………………………………
E. Kegunaan Penelitian…………………………………….

BAB  II: DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teori……………………………………………
1. Latar Belakang Pendidikan Siswa……………………………..
2. Hasil Belajar Bahasa Arab………………………………………..
B. Kerangka Berpikir……………………………………………………..
C. Hipotesis Penelitian……………………………………..

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian………………………………………….
B. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………….
C. Metode Penelitian………………………………………..
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel……………….
E. Instrumen Penelitian……………………………………..
F. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………

BAB  IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data…………………………………………….
B. Pengujian Persyaratan Statistik…………………………………….
C. Pengujian Hipotesis……………………………………………………
D. Interpretasi Hasil Penelitian…………………………………………
E. Keterbatasan Penelitian………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………….

 

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu pendidikan tidak terlepas dari faktor-faktor penunjangnya yang salah satunya adalah pendidik. Pendidik dalam hal ini adalah seorang guru yang mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam kesuksesannya pada proses belajar mengajar ataupun kepribadian siswanya. Tuntutan seperti ini kadang merupakan suatu tantangan dan sekaligus beban mental bagi seorang guru agar selalu sukses dalam melaksanakan kewajibannya.
Dalam membina proses belajar mengajar yang baik seorang guru harus dapat bersikap dan bertindak yang wajar sesuai dengan kebutuhan dan keadaan siswa. Seorang guru harus mampu menguasai metode-metode mengajar. Disamping itu juga keberhasilan mutu pendidikan tidak dapat dibebankan kepada sekolah, guru, tetapi juga tergantung pada potensi siswa yang bersangkutan yang salah latar belakang pendidikan siswa.
Perkembangan pemikiran tentang ilmu pendidikan semenjak ilmu itu berdiri sebagai disiplin ilmu tampak semakin maju dan kemajuan tersebut tidak terlepas dari proses belajar mengajar yang merupakan indicator dalam proses pendidikan.
Disamping itu juga disebabkan oleh kesadaran yang tinggi dikalangan ilmuwan untuk memecahkan setiap masalah pendidikan secara serius.
Dalam sejarah ilmu pendidikan kita mengenal berbagai teori pendidikan yang berkaitan dengan cara penyampaian pelajaran dalam pendidikan formal atau konsepsi lainnya. Ini suatu pertanda, bahwa ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu senantiasa berkembang karena tuntutan perkembangan social dan ilmu pengetahuan.
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di samping itu pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan pada sistem kurikulumnya. Sebagai contoh, sebelum adanya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), sebelumnya telah ada kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum CBSA, kurikulum 1994, dan kurikulum 1994 suplemen 1999, serta KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
Perubahan yang terjadi di bidang konsepsi, erat kaitannya dengan tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan. Misalnya ketika ilmu pengetahuan belum berkembang seperti sekarang, guru tidak merasa sulit untuk menyampaikan seluruh ilmu tersebut kepada siswanya. Tetapi ilmu semakin hari semakin banyak jumlahnya, maka guru mulai merasa kesulitan bagaimana cara menyampaikan ilmu yang sedemikian banyak kepada siswa dengan waktu yang terbatas.
Perubahan konsepsi lain yang terjadi dibidang pendidikan, ialah kedudukan siswa dalam proses belajar mengajar. Pada awalnya pendidikan memandang, bahwa siswa adalah obyek dari pendidikan sedangkan subyeknya adalah guru. Siswa selalu ditempatkan pada posisi obyek saja, sedangkan guru adalah pemilik pengetahuan. Oleh karena itu siswa harus berusaha sekuat tenaganya agar pengetahuan guru tersebut dapat dipindahkan kepada siswa. Kini anggapan tersebut tidak dibenarkan. Siswa dalam pendidikan modern harus dilihat sebagai subyek dan pemilik sah dari ilmu pengetahuan dan tidak hanya terbatas kepada pengetahuan yang dimiliki guru saja. Bahkan siswa harus dirangsang untuk nantinya memiliki ilmu yang melebihi gurunya.
Proses belajar mengajar merupakan cara dalam memperoleh ilmu pengetahuan, kecakapan dan keterampilan yang melibatkan kompetensi guru, siswa serta komponen pengajaran lainnya yang merupakan alat bantu.
Proses belajar mengajar pada Menengah Pertamanya tidak lain ialah proses mengkoordinir sejumlah komponen tadi sehingga satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh, sehingga menumbuhkan kegiatan murid belajar pada diri murid seoptimal mungkin menuju terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang diterapkan.
Pada hakekatnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antar guru dan siswa, dengan siswa sebagai komunikan dan guru sebagai komunikator. Sedangkan menurut prinsip modern, guru dan siswa itu sendiri sebagai komunikatornya.
Faktor hubungan murid dan guru di dalam kelas itu sangat berperan dalam meningkatkan efektifitas belajar.
Untuk mencapai interaksi belajar mengajar sudah barang tentu perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien guna mencapai tujuan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar, guru mengajar dan siswa belajar, kedua-keduanya mempunyai tujuan.
Untuk itu dalam mencapai tujuan yang diharapkan, penggunaan metode atau cara mengajar harus dilaksanakan oleh seorang guru.
Seorang guru harus mengenal sifat-sifat yang khas pada setiap teknik penyajian, hal itu sangat perlu untuk penguasaan setiap teknik penyajian, agar ia mampu mengetahui, memahami dan terampil menggunakannya.
Para guru bidang studi yakin, apabila Bahasa Arab makin baik diajarkan, makin luas bidang itu dipelajari, baik melalui materi yang disampaikan maupun melalui tingkah laku sehari-hari gurunya.
Keberhasilan pengajaran Bahasa Arab tidak terlepas dari berbagai factor, baik kompetensi guru, latar belakang siswa, komponen-komponen pengajaran, maupun metode dan cara mengajar yang digunakan oleh guru.
Keberhasilan pengajaran yang bertumpu pada siswa dapat diketahui pada prestasi belajarnya. Prestasi belajar yang dimaksud yaitu : “Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.
Prestasi belajar yang kita ketahui dan sering dijadikan obyek penilaian guru adalah hasil belajar siswa yang didalamnya mencakup semua aspek tingkah laku.
Adapun bentuk tingkah laku sebagai tujuan dapat digolongkan kedalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
Tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar dipengaruhi oleh berbagai factor, baik factor internal maupun factor eksternal dari diri siswa. Faktor internal adalah kemampuan, minat, perhatian, kebiasaan, usaha dan motivasi. Faktor-faktor tersebut berinteraksi selama proses belajar dan berlangsung terus menerus dimana hasilnya adalah perubahan terhadap tingkah laku. Menurut Sudjana bahwa hasil interaksi dari factor-faktor tersebut berupa perubahan tingkah laku, aspek pengetahuan, sikap, kebiasaan dan keterampilan. Dalam konteks ini belajar dapat diberi makna sesuai dengan hakekat belajar sebagai suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan.
Mata pelajaran Bahasa Arab sampai saat ini tidak dapat disangkal lagi masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi para siswa, tetapi proses belajar mengajar yang berhasil tidak hanya menghasilkan siswa yang pengetahuannya (kognitifnya) meningkat juga pandangannya atau persepsinya terhadap pelajaran Bahasa Arab bertambah positif, serta cara belajarnya berubah semakin efektif dan efisien. Kedua factor tersebut harus menjadi perhatian utama bagi guru, orang tua, dan masyarakat karena tujuan pengajaran Bahasa Arab tidak hanya untuk memperoleh nilai yang tinggi, melainkan pembelajaran Bahasa Arab bukan bertujuan menjadikan anak pandai Bahasa Arab, tetapi untuk mempermudah penalaran, dan bahkan melatih anak dalam berakhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Test sumatif bidang studi Bahasa Arab yang didapat dari hasil ulangan semester sampai saat ini hanya mengukur kemampuan kognitif, padahal hasilnya digunakan sebagai penilaian keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu untuk dapat menyelesaikan tes dengan hasil yang memuaskan, siswa haruslah dalam keadaan siap. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan tersebut dapat berasal dari intenal maupun eksternal diri siswa. Faktor eksternal antara lain adalah sistem pengajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa tersebut.
Tingkat keberhasilan siswa menjawab test hasil belajar bidang studi Bahasa Arab serta sebagai factor yang diduga mempengaruhi keberhasilan siswa mempelajari Bahasa Arab, dan merupakan masalah pokok yang akan dipecahkan melalui penelitian ini, baik secara aspek kognitif maupun dari aspek psikologi siswa itu sendiri. Mudah-mudahan niat yang baik dan mulya ini menjadikan awal perhatian sebagai seorang pengajar atau pendidik.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti :”Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Siswa Terhadap Terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab Di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dikemukakan beberapa masalah, antara lain :
1. Apakah perhatian orang tua berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang?
2. Apakah latar belakang pendidikan siswa berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang?
3. Apakah metode mengajar berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang?
4. Apakah instrument pendidikan berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang?
5. Apakah pendidikan orang tua berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang?
6. Apakah guru berkualitas berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang?
7. Apakah pengetahuan guru berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang?
8. Apakah BP/BK berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang?

C. Pembatasan Masalah
Bertolak dari bermacam permasalahan yang dikemukakan di atas, maka masalah yang hendak diteliti dibatasi pada :
1. Latar Belakang Pendidikan Siswa
Latar belakang siswa disini adalah asal-usul siswa yang sekolah di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang, yaitu yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan siswa yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama (SMP).
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa adalah seluruh kecakapan hasil yang dicapai (achievement) yang diperoleh melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai¬ hasil belajar berMenengah Pertamakan test hasil belajar.

D. Perumusan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“ Apakah terdapat pengaruh latar belakang siswa terhadap hasil belajar Bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang?”
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pengetahuan yang perlu diketahui oleh para pembaca tentang pengaruh latar belakang pendidikan siswa terhadap hasil belajar Bahasa Arab.
2. Sebagai bahan masukan kepada para kepala sekolah, guru, orang tua, departemen yang terkait dengan pendidikan, peneliti sendiri bahkan pemerintah pada umumnya di dalam meningkatkan mutu pendidikan.
3. Sebagai informasi bagi sekolah terutama bagi guru bidang studi, penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk membimbing siswa sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
4. Sebagai input bagi Departemen terkait dalam menentukan kebijakan, pembaharuan dan perbaikan kondisi sekolah dan kesejahteraan guru dan lain sebagainya.
5. Sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk menyusun visi, misi dan strategi untuk menghadapi era globalisasi dengan mengedepankan fungsi sekolah sebagai wadah yang menghasilkan sumber daya manusia yang handal.
6. Sebagai pertimbangan masyarakat untuk terus menjalin kerjasama yang erat dengan pemimpin, pengelola dan para guru dalam rangka menciptakan suasana belajar yang harmonis, kondusif dan dinamis, sehingga siswa-siswi dapat belajar dengan nyaman, aman, tertib dan bersemangat.
7. Mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, agar lebih dapat mengetahui permasalahan yang timbul di masyarakat, dan khususnya di dalam dunia pendidikan.
8. Lembaga Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang, hasil penelitian ini agar dapat dijadikan sebagai sumber indikator dan masukan untuk mengadakan revisi kurikulum.
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teori
1. Latar Belakang Pendidikan
a. Pengertian
Latar belakang pendidikan merupakan pengalaman seseorang yang telah diperoleh dari suatu program pembelajaran. Pengalaman tersebut dapat berupa (a) pengetahuan, atau yang berhubungan dengan kognisi, (b) sikap, maupun (c) perilaku tertentu. Kognisi yang berbeda, seperti dikemukakan Kreech, Crutchfield, dan Ballachey , menyebabkan terjadinya cara belajar daan berfikir yang berbeda. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa latar belakang pendidikan yang berbeda akan menyebabkan terjadinya perkembangan pengetahuan yang berbeda pula dimana perkembangan penmgetahuan terjadi sesuai dengan pengalaman-pengalaman belajar yang telah diperolehnya.
b. Teori yang melandasi latar belakang pendidikan : Transformasi dan
transfer belajar
Perkembangan pengetahuan terjadi melalui suatu proses transformasi. Menurut teori pengolah informasi, seperti dikemukakan oleh Bell-Gredler , ada dua bidang yang penting dalam belajar, yaitu (a) proses orang memperoleh dan mengolah informasi, dan (b) siasat yang dipakai orang dalam memecahkan masalah. Dua bidaang ini berkaitan dengan bagaimana proses transformasi terjadi, yakni mengubah suatu pesan menjadi bentuk pesan lain yang dapat mengontrol gerakan. Lebih lanjut dikemukakan oleh Bell-Gredler bahwa asumsi yang menMenengah Pertamai teori ini adalah menjelaskan (a) hakikat sistem memori manusia, dan (b) cara bagaimana pengetahuan digambarkan dan disimpan dalam memori. Dari sini dapat dikemukakan bahwa pusat perhatian dari teori ini adalah bagaimana orang mempunyai persepsi, mengorganisasi, dan mengingat adanya sejumlah besar informasi yang diterima setiap hari dari lingkungan sekeliling. Proses bagaimana orang memperoleh dn mengingat informasi digambarkan oleh Gagne.
Tiga hal penting dari proses transformasi adalah (a) memori jangka pendek, (b) memori jangka panjang, dan (c) mengingat. Mengenai hal ini lebih lanjut Gagne menjelaskan sebagai berikut : Sebelum disimpaan dalm memori jangka pendek, keseluruhan informasi dari lingkungan yang direkam dalam register sensori tidak tinggal lama, diperkirakan hanya seperseratus detik. Informasikan ini ditrasformasikan menjadi pola rangsangan, suatu proses yang disebut persepsi selektif. Informsai jangka pendek yang diubah itu kemudian masuk ke dalam memori jangka pendek. Di situ tinggal dalam waktu yang terbatas, umunya diperkirakan hanya sampai dua puluh detik. Kapasitas memori jangka pendek terbatas. Jika kapasitas itu terlampaui, butir-butir lama harus di dorong ke luar pada waktu tambahan butir-butir baru akan disimpan.
Transformasi informasi yang paling kritis terjadi pada saat informasi yang ada pada memori jangka pendek akan masuk ke memori jangka panjang. Proses ini di sebut dengan pemberian kode (encoding) yang dapat berbentuk table, matrik ruangan, diagram, citra, atau gambar yang rinci tentang informasi yang dipelajari. Ciri utama bahan yang diberi kode, agar dapat masuk ke memori jangka panjang adalah harus bersifat semantic atau terorganisasi secara bermakna. Informasi yang tersimpan dalm memori jangka panjang bersifat inaktif yang dapat diingat kembali untuk penggunaan diwaktu kemudian. Proses mengingat kembali informasi yang ada pada memori jangka panjang menghendaki adanya pengisyarat tertentu baik ynag bersifat internal maupun ekssternal. Aspek internal adalah kondisi yang ada pada diri seseorang yang belajar sehingga keberhasilan belajar sebagian besar dipengaruhi oleh keadaan ini. Aspek-aspek internal yang dimaksud adalah kendali eksekutif dan harapan (ekspektansi), sedangkan factor ekternal dapat berupa informasi sebagai hasil dipelajarinya hal-hal lain. Selain itu, mengingat kembali kadang-kadang menuntut agar dilakukan rekonstruksi atas peristiwa yang dingat tersebut. Lebih lanjut dikemukan oleh Gagne, bila mengingat kembali apa-apa yang dipelajari itu menyangkut penerapan ke situasi baru atau masalah yang baru maka terjadi apa yang disebut dengan transfer belajar. Di sini, proses transformasi berubah menjadi transfer.
Pengertian mengenai transfer yang dikemukakan Gagne di atas, yakni suatu proses yang memungkinkan seseorang menggunakan respon yang telah dipelajari sebelumnya untuk suatu situasi baru atau untuk penerapan pada masalah baru, sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh sejumlah ahli, di antaranya Sorensen , Eson , serta Gage dan Berliner . Dalam proses pengalihan tersebut terdapat dua macam transfer, yaitu transfer (a) positif, dan (b) negative. Tranfer positif adalah pengalihan belajar masa laluyang dapat mempermudah atau memperinci belajar pada masa berikutnya. Sebaliknya, transfer negative adalah pengalihan belajar masa lalu yang mengganggu atau mempersulit proses belajar pada masa berikutnya.
Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa hal penting dari proses belajar adalah terjadinya transfer positif. Terjadinya transfer positif dapaat disebabkan oleh beberapa factor, di antaranya adalah (a) proses belajar-mengajar, (b) hasil belajat sebelumnya, (c) bahan dan isi bidang studi atau prosedur bekerja yang diikuti dan sikap yang dibutuhkan, (d) factor-faktor subyektif di pihak siswa, dan (e) sikap dan usaha pengajar. Di samping itu, transfer positif terjadi setelah siswa mengelola isi pelajaran dengan sungguh-sungguh. Keberhasilan dalam pengelolaan itu bergantung pada motivasi belajar dan konsentrasi terhadap unsur-unsur yang identik.
Dari uraian-uraian tersebut dapat dikemukan lebih lanjut bahwa latar belakang pendidikan yang mendukung akan memperlancar proses belajar berikutnya. Atau dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa untuk mata pelajaran tertentu, latar pendidikan yang berbeda akan mengakibatkan hasil belajar yang berbeda pula. Dalam kaitannya dengan Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah, pelajaran yang diperoleh di bangku Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Pertama mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka. Makin banyak pengetahuan berupa unsur yang identik dengan Bahasa Arab yang diperoleh akan makin memudahkan seseorang dalam mempelajari Bahasa Arab, dan demikian sebaliknya.

2. Hasil Belajar Bahasa Arab
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
Secara psikologis belajar merupakan “Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan hubungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Perubahan-perubahan tersebut dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Jadi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seseorang memerlukan interaksi antara dirinya maupun dengan orang lain.
Menurut Sardiman Belajar adalah Perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.
Dari rumusan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah merupakan hasil yang dicapai siswa yang diperoleh dari hasil belajar yang menyangkut aspek kognitif, aspek afektif dan spek psikomotor secara berkesinambungan.
Keberhasilan belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan pada diri siswa yang belajar, baik prilaku maupun kepribadiannya dalam kehidupannya sehari-hari.
Pendapat lain mengatakan bahwa prestasi belajar adalah seluruh kecakapan hasil yang dicapai (achievement) yang diperoleh melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berMenengah Pertamakan test prestasi belajar.
Sebagaimana prestasi belajar siswa secara umum, prestasi siswa dalam mata pelajaran Bahasa Arab juga menyangkut tiga aspek, yaitu:
a. Aspek kognitif (Pengetahuan)
Dalam domain atau aspek kognitif berkenaan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah.
Aspek kognitif terbagi kedalam enam bagian utama , yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Pemahaman (Comprehension)
3. Penerapan (Aplication)
4. Analisis (Analisys)
5. Sintesis (Synthesis), dan
6. Penilaian (Evaluation)
Untuk mengukur perubahan tingkah laku siswa yang berkenaan dengan enam bagian tersebut, digunakan tujuan instruksional yang lebih praktis dan operasional dengan menggunakan kata kerja menerangkan, memilih, menyusun dan lain-lain.
b. Aspek afektif (Sikap)
Dalam aspek afektif penekanan pada aspek perasaan, emosi atau derajat penerimaan atau penolakan.
Aspek afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi.
Aspek afektif dibagi kedalam lima bagian utama, yaitu :
1. Penerimaan (Receiving)
2. Menanggapi (Responding)
3. Menghargai (Valuing)
4. Organisasi (Organization), dan
5. Mewujudkan nilai dalam pribadi (Characterization by a value or value complex).
Untuk mengukur perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan lima aspek tersebut, digunkan tujuan instruksional yang lebih praktis dan operasional dengan menggunakan kata kerja menjawab, menjelaskan, menilai, mengikuti dan sebagainya.

c. Aspek Psikomotor (Keterampilan)
Sedangkan aspek psikomotor menekankan kepada keterampilan fisik (skill) yang berhubungan dengan motoris.
Aspek psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik.
Aspek psikomotor terbagi kedalam lima bagian, yaitu :
1. Mengindera
2. Menyiagakan diri
3. Bertindak secara terpimpin
4. Bertindak secara mekanik
5. Bertindak secara komplek.

Untuk mengukur perubahan tingkah laku yang terdapat dalam aspek psikomotor tersebut digunakan tujuan instruksional yang lebih praktis dan operasional dengan menggunakan kata kerja memperbaiki, menggunakan, mencoba, membedakan dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dalam mata pelajaran Bahasa Arab. Sebagaimana yang dikatakan oleh Purwanto, factor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :
1. Faktor yang ada pada diri organisme itu yang kita sebut factor individu.
2. Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut factor social.
BerMenengah Pertamakan kutipan di atas, yang dimaksud dengan factor individual adalah factor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan factor pribadi. Sedangkan yang dimaksud dengan social antara lain factor keluarga/rumah tangga, gur dan cara mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, serta motivasi social.
Menurut Suryabrata factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah :
a. factor luar
1. Lingkungan : – Alami
– Sosial
2. Instrumental : – Kurikulum
 Program
Sarana/fasilitas
 Guru/pengajar
b. Faktor dalam
1. Fisiologis
a. kondisi fisiologis umum
b. kondisi panca indera

2. Psikologis
a. Minat
b. Kecerdasan
c. Bakat
d. Motivasi
e. Kemampuan kognitif.
Tingkat keberhasilan tergantung dari beberapa factor, yaitu : kemampuan daya serap, tersedianya buku-buku pelajaran, lingkungan yang kondusif untuk belajar, dan taraf perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
Sedangkan Rooijakkers mengemukakan adanya sejumlah factor yang mempengaruhi hasil belajar yakni:”Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik dan factor yang berasal dari pengajar”.
Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang saling berkaitan. Banyak factor yang mempengaruhi jalannya sistem tersebut. Jika kita tidak pandai memanfaatkan dan mengembangkan sumber serta sarana yang ada, maka akan menghambat jalannya proses pendidikan. Akibatnya prestasi belajar siswa menurun.
Hasil belajar yang dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya pada manusia yang berada pada bangku sekolah. Hasil belajar ini semakin terasa untuk dibicarakan, karena berfungsi utama antara lain :
……Sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik; sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu ; sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan; sebagai indicator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan (idikator intern); sebagai indicator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat, sehingga di duga kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan pembangunan masyarakat; sebagai indicator terhadap daya serap (kecerdasan anak didik.
Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menyerap pelajaran yang disajikan oleh guru, maka harus dilakukan pengukuran, dan alat ukur yang digunakan adalah instrument tes atau tes hasil belajar. Dengan mengetahui hasil belajar siswa seorang guru dapat mengetahui apakah pelajaran yang ia sampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa atau sebaliknya. Dan merupakan suatu evaluasi bagi metode pengajaran yang ia terapkan. Hasil belajar dapat juga berupa nilai akhir dari seseorang yang diukur melalui teknik-teknik evaluasi dan dapat digunakan sebagai petunjuk seberapa jauh materi pelajaran telah dikuasai siswa.
Test hasil belajar biasanya dibuat oleh guru sesuai dengan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang ingin dicapai dan berMenengah Pertamakan lingkup materi pelajaran yang diajarkan. Tes hasil belajar akan menjadi alat yang baik untuk mengukur keberhasilan siswa apabila mempunyai derajat kesahihan (validitas) dan derajat keandalan yang baik.
Nasution mengatakan bahwa, hasil belajar pada Menengah Pertamanya adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, perubahan tidak hanya mengenai pengetahuan, juga membentuk kecakapan, sikap, pengertian, penguasaan, penghargaan, dalam diri individu yang belajar.
Dengan demikian siswa dikatakan berhasil belajarnya apabila siswa tersebut telah mengalami perubahan dalam segala aspek melalui proses belajar mengajar.
Menurut Robert Gagne kemampuan belajar adalah :”…..Keterampilan intelektual, strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah, informsi verbal, pengetahuan dalam arti informasi fakta, keterampilan motorik, sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecendrungan tingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.
Menurut Aminuddin Rasyad karakteristik umum gaya (tipe) belajar adalah sebagai berikut : (1) tipe peserta didik yang visual ; (2) tipe peserta didik yang auditif; (3) tipe peserta didik yang taktil; (4) tipe peserta didik yang olfaktoris; (5) tipe peserta didik yang gustative ; (6) tipe peserta didik yang campuran (kombinatif).
1. Tipe peserta didik yang visual
Mereka mengandalkan aktivitas belajarnya kepada materi pelajarn yang dilihatnya. Di sini yang memegang peranan penting dalam cara belajarnya adalah mata atau penglihatan. Bila pendidik kurang mengaktifkan alat indra matanya, siswa yang demikian tidak berhasil dalam proses belajar, karena satu-satunya alat indera yang aktif dan dominan dalam dirinya adalah mata. Bagi peserta didik tipe ini gerbang pengetahuannya adalah mata. Sebab itu baginya alat peraga sangatlah penting artinya untuk membantunya dalam penyerapan materi .

2. Tipe peserta didik yang auditif
Siswa yang bertipe ini mengandalkan kesuksesan belajarnya kepada alat pendengaranna yaitu telinga. Ucapan guru yang jelas dan terang dengan intonasi yang tepat akan segera diserapnya dan materi tersebut akan menjadi bagian dalam dirinya.
Sebab itu kepada pendidik dituntut untuk dapat memeriksa alat pendengaran siswa secara berkala. Agar jangan sampai ada seorang siswa yang pendengarannya kurang berfungsi, baik sebelah atau kedua-duanya.

3. Tipe peserta didik yang taktil
Taktil berarti rabaan atau sentuhan. Peserta didik yang bertipe taktil adalah siswa yang mengandalkan penyerapan hasil pendidikan melalui alat peraba yaitu tangan dan kulit atau bagian luar tubuh. Melalui alat rabanya ini ia sangat cekatan mempraktekan hasil pendidikan yang diterimanya.

4. Tipe peserta didik yang olfaktoris
Tipe ini yaitu mudah mengikuti pelajaran dengan menggunakan alat indra penciuman. Tipe peserta didik ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan. Mungkin peserta didik yang demikian akan baik sekali apabila bekerja di laboratorium.
5. Tipe peserta didik yang gustative
Gustation berarti mencicipi adalah mereka yang mencirikan belajarnya lebih mengandalkan kecapan lidah. Mereka akan lebioh cepat memahami apa yang dipelajarinya melalui indra kecapnya untuk mengetahui berbagai rasa.

6. Tipe peserta didik yang campuran (kombinatif)
Peserta didik yang bertipe ini dalam hal kefungsionalannya alat indranya adalah yang terbanyak di dalam setiap kelas. Artinya seorang peserta didik dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat indranya. Ia dapat menggunakan mata dan telinganya sekaligus ketika belajar.
Untuk peserta didik yang bertipe ini diperlukan keterampilan dari pendidik dalam memilih media pengajaran yang cocok untuk menyampaikan pokok bahasannya. Sebab itu usahakanlah mengenali tipe-tipe belajar mereka yang menjadi tanggung jawab kita.
Disamping keenam tipe belajar di atas, ada pula tipe lainnya yaitu peserta didik yang bertipe senang belajar sendiri dan belajar kelompok. Mereka yang tergolong tipe belajar sendiri adalah mereka yang sukses dalam belajar bila pelajaran yang telah diperolehnya di sekolah di telaahnya kembali atau di ruang belajar khusus. Mereka yang bertipe ini lebih menyenangi tempat-tempat belajar yang jauh dari keributan. Sedangkan peserta didik yang bertipe senang belajar kelompok, lebih berhasil belajar bila dibantu dengan suasan berkelompok dengan temannya.
Menurut I.L. Pasaribu dan B. Simanjuntak macam-macam gaya (bentuk) belajar sebagai berikut : (1) Belajar bersyarat, (2) Belajar dengan mencoba, (3) Belajar asosiatip, dan (4) Belajar dengan insight.
1. Belajar bersyarat
Adalah belajar menanggapi suatu rangsangan secara lain daripada yang semula diminta oleh rangsangan itu. Anak belajar bahasa, jika anak itu melihat seekor anjing ia berkata gug ! gug! Anak tidak mengerti bahwa gug artinya anjing, tetapi karena pada anak itu selalu oleh ibunya apabila melihat anjing mengatakan gug gug, maka gug gug adalah anjing.
2. Belajar dengan mencoba (trial and error)
Adalah belajar dengan mencoba terus saja, sehingga nanti pada hakekatnya berhasil. Karena ulangan maka waktu dan jumlah ulangan-ulangan berikutnya yang diperlukan menjadi selalu makin pendek.
3. Belajar asosiatip (Herbart)
Adalah penambahan pengetahuan, perluasan kekayaan tanggapan. Oleh karena itu penting sekali adanya usaha selalu memperbanyak tanggapan. Tanggapan yang ada pada anak saling berhubungan satu sama lain (asosiatip) dan juga dengan tanggapan yang lebih dulu (apersepsi).

4. Belajar dengan insight
Adalah belajar yang pemecahannya diketemukan tidak secara kebetulan, melainkan secara sistematik atau sebagai akibat dari menangkapnya suatu hubungan dalam pengertian (Aha-Erlebuis). Tidak semua mengajar bersifat mendidik, dan belajarpun tidak selalu bersifat mendidik. Sesuai dengan itu maka belajar mempunyai arti yang sama sseperti gejala-gejala pendidikan lain yaitu ingin membantu dalam pembentukan amnusia, dengan perantara bahan wejangan, ingin mengarahkan kepribadiannya dan dengan demikian menyokong dalam pertumbuhannya menuju kedewasaannya.
Dalam pendidikan kita membedakan adanya perbuatan fungsional dan intensional. Dengan perbuatan pendidikan fungsional dimaksudkan segala pengaruh tidak disengaja berasal dari manusia sekitar benda-benda, rumah, pakaian, jalan, tetangga, desa dan lain sebagainya kepada anak.
Antara belajar fungsional dan belajar intensional terdapat juga perbedaan-perbedaan. Sejak dilahirkan anak belajar secara spontan, segala macam bentuk kecekatan yang diperlukan dalam hidup. Untuk belajar itu anak sudah memiliki bakat, kessanggupan sedangkan keadaan sekitar memberikan rangsangan yang diperlukan. Dua-duanya dibutuhkan untuk belajar.
Belajar spontan itu berlangsung terus, dan makin banyak rangsangan dari keadaan sekitar, makin banyaklah anak belajar. Maka dapat dimengerti adanya perbedaan dalam tingkatan perkembangan anak yang masuk sekolah. Belajar fungsional adalah suatu fungsi dari bakat dan alam sekitar anak, supaya anak dengan sendirinya secara aktif dapat menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.
Belajar intensional adalah belajar dengan sengaja, kehendak dan bertujuan. Misalnya: memikirkan kembali apa-apa yang telah dipikirkan orang lain dari masa lampau. Belajar yang secara teratur dikerjakan di sekolah. Tujuannya adalah mengajarkan bahan-bahan kebudayaan kepada murid yang mereka sendiri tidak dapat secar spontan mempelajarinya. Untuk itu perlu adanya bantuan dari guru.
Terhadap dua bentuk belajar itu guru harus menaruh perhatian, di mana mungkin untuk dipelajari secara sspontan harus diajarkan secara spontan, kalau tidak mungkin, maka guru harus membantunya, memudahkan peralihannya dari fungsional ke belajar intensional.
Belajar fungsional selanjutnya dilengkapi oleh belajar intensional dalam bentuk melakukan analisa, susunan, membetulkan dan menambah pengetahuan dan memberikan nama pada gejala-gejalanya.

B. Kerangka Berpikir
Sehubungan dengan beberapa pernyataan di atas, bahwa latar belakang pendidikan siswa menentukan tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai. Latar belakang yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Namun demikian latar belakang bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut.
Bagi siswa yang memiliki latar belakang pendidikan dari sekolah Menengah Pertama, hal ini merupakan kendala. Keterbatasan mereka mengenai pengetahuan agama membuat mereka sulit untuk menggunakan buku-buku agama yang ada. Lain halnya siswa yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah, pengetahuan tentang Bahasa Arab yang mereka peroleh sebelumnya menjadi bekal bagi mereka untuk mempelajari bidang studi Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah.
Sehingga dalam proses belajar mengajar Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah di duga latar belakang pendidikan siswa mempunyai peranan yang menentukan hasil belajar siswa. Kegiatan belajar akan bermakna dan berhasil guna jika siswa itu sendiri terdorong untuk belajar.
Keinginan dan usaha dari siswa yang tumbuh dari dalam dirinya merupakan tenaga yang mampu membangkitkan dan menggerakan aktivitas untuk belajar yang lebih berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian jika siswa baik yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah maupun dari Sekolah Menengah Pertama apabila mempunyai keinginan yang kuat akan terdorong sekuat tenaga dan berbagai cara guna mencapai prestasi yang gemilang.
BerMenengah Pertamakan uraian di atas, dapat di duga bahwa terdapat pengaruh positif antara latar belakang pendidikan siswa terhadap hasil Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang.

C. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian hipotesis penelitiannya, adalah :
“Terdapat pengaruh positif antara latar belakang pendidikan terhadap hasil belajar Bahasa Arab siswa kelas X di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Latar Belakang Pendidikan Siswa di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang.
2. Hasil belajar Bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang.
3. Pengaruh latar belakang pendidikan siswa terhadap hasil belajar Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang, , Propinsi Banten. Penelitian ini dilaksanakan terhadap para siswa kelas IX Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang tahun pelajaran 2013/2014 yang telah mengikuti proses pembelajaran bidang studi Bahasa Arab.

2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2013 dan berakhir pada bulan Nopember 2013.
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini akan dilakukan beberapa tahap sebagai berikut :
1. Pengajuan surat izin melalui Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang, Propinsi Banten.
2. Koordinasi dan konsultasi dengan Kepala Madrasah, stap serta bapak ibu guru budang studi Bahasa Arab.
3. Pengambilan data yaitu nilai hasil belajar
Adapun tahapan penelitian secara rinci dapat dilihat melalui tabel berikut :
Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian
NO Kegiatan Ags Sept Okt Nop Keterangan
1 Konsultasi Judul V 2 minggu
2 Proposal V V 2 minggu
3 Pengumpulan Data V 4 minggu
4 Pengolahan/Uji Hipotesis V 4 minggu
5 Penyelesaian Penelitian V 4 minggu
6 Pelaporan Penelitian/ Selesai V 4 minggu
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan percobaan pada obyek yang diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variable-variabel tertentu. Kemudian penelitian ini menggunakan pula analisis kuantitatif atau statistic.

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X, XI, dan XII Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang, Propinsi Banten. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas X yang berjumlah 124 siswa.

b. Sampling
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random Sampling yaitu proses pengambilan sample secara acak, karena memilih dua kelas dari lima kelas X yang ada di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang, Propinsi Banten.
Adapun langkah-langkah pembentukan kelompok yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Diambil 1 kelas yang terdiri dari 40 siswa
2. Masing-masing diambil 15 siswa yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah dan 15 siswa yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama, sisanya sebanyak 10 siswa sebagai pendamping saja.
Daftar responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2 : Daftar Responden
LBPS Kelas X
X 15
Y 15

LBPS = Latar Belakang Pendidikan Siswa
X = Madrasah Tsanawiyah
Y = Sekolah Menengah Pertama

E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Penelitian Hasil Belajar Bahasa Arab
a. Definisi konseptual
Hasil belajar Bahasa Arab adalah kompetensi yang diperoleh siswa setelah mengikuti test ulangan semester bidang studi Bahasa Arab.

b. Definisi Operasional
Hasil belajar Bahasa Arab adalah perolehan skor setiap siswa dalam mengerjakan/mengikuti proses belajar mengajar dan mengikuti test ulangan bidang studi Bahasa Arab yang berbentuk pilihan ganda, sebanyak 40 soal.
Test ini untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai siswa mengenai bidang studi Bahasa Arab. Tes ini di buat dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 40 (empat puluh) butir soal dengan 4 (empat) buah pilihan jawaban dengan penilaian untuk semua jawaban benar adalah 100 (seratus) dan untuk jawaban semua salah adalah 0 (nol) selama 120 (seratus dua puluh) menit.

2. Latar Belakang Pendidikan Siswa
a. Definisi Konseptual
Latar Belakang Pendidikan Siswa adalah asal usul sekolah siswa yang menggerakan organisme (individu) untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan dari tingkah laku yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar individu itu berbuat, bertindak dan bertingkah laku.

b. Definisi Operasional
Latar Belakang Pendidikan Siswa adalah asal usul sekolah siswa yang menggerakan organisme (individu) untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan dari tingkah laku yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar individu itu berbuat, bertindak dan bertingkah laku.

F. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Tehnik ini dimaksudkan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala/fenomena yang diselidiki. Tehnik pelaksanaannya peneliti datang langsung ke lokasi penelitian dengan membawa alat berupa daftar permasalahan yang akan diketahui di lapangan. Dalam hal ini bahwa dalam menggunakan tehnik observasi menggunakan efektif adalah melengkapi diri dengan format/blangko pengamatan sebagai instrument yang berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang mungkin timbul atau digambarkan akan terjadi.
b. Wawancara
Tehnik ini merupakan cara pengumpulan data dengan sistematik berMenengah Pertamakan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan untuk melengkapi data-data yang diperlukan. Adapun sasaran wawancara terhadap guru Bahasa Arab dan siswa di tempat tersebut.
c. Angket (Quisioner)
Tehnik ini dilakukan melalui daftar pernyataan yang diberikan kepada siswa, untuk memperoleh informasi dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket ini digunakan untuk mendapatkan kesimpulan tentang ada tidaknya hubungan ibu pekerja dengan hasil belajar Bahasa Arab siswa kelas X di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang, Propinsi Banten.
Analisis data diarahkan pada pengajuan hipotesis, yang diawali dengan deskripsi data penelitian dari ketiga variable dalam bentuk distribusi frekuensi, histogram, mean, median, modus, simpangan baku dan rentang teoritik.
Tehnik analisis data untuk pengajuan hipotesis menggunakan analisis inferensial berupa ANAVA dua jalur untuk menguji hipotesis yang dilanjutkan dengan uji Turkey atau Scheffe. Sebelum uji hipotesis dilakukan dulu uji persyaratan analsis data berupa uji normalitas dan homogenitas kelompok data yang akan dibandingkan.
Untuk menyatakan bahwa data penelitian berasal dari data berdistribusi normal dan homogen secara inferensial dipergunakan Uji Lilliefors untuk normalitas dan uji Bartlett untuk homogenitas.

G. Hipotesis Statistik
H0 : μA1 = 0
H1 : μA1 ≠ 0
Keterangan :
μA1 : hasil belajar siswa yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah
μA2 : hasil belajar siswa yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian tentang deskripsi hasil penelitian untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik distribusi skor dari subyek penelitian. Selanjutnya disajikan perhitungan persyaratan analisis, yaitu uji normalitasa dan uji homogenitas. Pada bagian akhir dilakukan pengujian hipotesis dan interpretasi hasil penelitian.

A. Deskripsi Data
Data yang dideskripsikan merupakan data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dengan menggunakan instrument-instrumen yang dikembangkan. Penyajian data dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang ukuran pemusatan dan ukuran penyebaran data yang dikumpulkan. Ukuran pemusataan data yang akan ditampilkan adalah nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), dan frekuensi terbanyak (modus). Sedangkan ukuran penyebaran yang akan dideskripsikan adalah simpangan baku (standard deviation) dan varians (variance). Gambaran secara umum tentang hasil belajar siswa baik yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah maupun Sekolah Menengah Pertama adalah sebagai berikut:

Tabel 3 : Perbandingan Hasil Belajar Siswa dari Madrasah Tsanawiyah
dan Sekolah Menengah Pertama.

Madrasah Tsanawiyah Sekolah Menengah Pertama
N = 15 Me = 6.5
Xt = 7 Mo = 6.5
Xr =5 s = 0.78
X =6.37 s2 = 0.62 n = 15 Me = 5.5
Xt = 7 Mo =5.5
Xr = 5 s =0.73
X = 5.8 s2 =0.53

Keterangan :
n = Jumlah sampel Me = Median
Xt = Skor tertinggi Mo = Modus
Xr = Skor terendah s = Simpangan Baku
X = Rerata s2 = Varians
Berdasarkan data yang tertera pada tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah dibandingkan skor hasil belajar siswa yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama. Ini terbukti bahwa skor rata-rata siswa kelompok untuk Madrasah Tsanawiyah adalah 6,37 lebih besar dibanding skor rata-rata kelompok untuk Sekolah Menengah Pertama yaitu sebesar 5,8.

1. Hasil Belajar Siswa Dengan Latar Belakang Pendidikannya
Untuk lebih jelasnya gambaran umum perbandingan hasil belajar siswa yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah dan yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama.
Tabel 4 : Perbandingan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan
Latar Belakang Pendidikan Siswa

Kelompok Latar Belakang Pendidikan Siswa Madrasah Tsanawiyah Sekolah Menengah Pertama
Mean 6,37 5,8
Median 6,5 5,5
Simpangan Baku 0,78 0,73
Varians 0,62 0,53

2. Hasil Belajar Siswa
2.1. Hasil Belajar Siswa Berasal Dari Madrasah Tsanawiyah
Berdasarkan data pada tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa berasal dari Madrasah Tsanawiyah adalah 6.37, median dan modusnya sama besar yaitu 6,5, simpangan baku 0,78 dan varians 0,62. Sebaran data hasil belajar siswa berasal dari Madrasah Tsanawiyah disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa
Berasal Dari Madrasah Tsanawiyah.

No Kelas Interval Frekuensi Frek. Kumulatif Frek. Relative
%
1.
2.
3.
4. 4.5 – 5.4
5.5 – 5.4
6.5 – 6.4
7.5 – 8.4 2
4
7
2 2
6
13
15 13.33
26.67
46.67
13.33
J u m l a h 15 100
Gambar 1 : Histogram Hasil Belajar Siswa
Berasal Dari Madrasah Tsanawiyah

2.2 Hasil Belajar Siswa Berasal Dari Sekolah Menengah Pertama
Berdasarkan data pada tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa berasal dari Sekolah Menengah Pertama adalah 5,8, median dan modusnya sama besar yaitu 5,5, simpangan baku 0,73 dan varians 0,53. Sebaran data hasil belajar siswa berasal dari Sekolah Menengah Pertama disajikan pada tabel berikut:

Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa
Berasal Dari Sekolah Menengah Pertama.

No Kelas Interval Frekuensi Frek. Kumulatif Frek. Relative
%
1.
2.
3.
4. 3.0 – 3.4
3.5 – 3.9
4.0 – 4.4
4.5 – 4.9 2
5
6
2 2
7
13
15 13.33
33.33
40
13.33
J u m l a h 15 100
Gambar 2 : Histogram Hasil Belajar Siswa
Berasal Dari Sekolah Menengah Pertama

B. Pengujian Persyaratan Statistik
Sebelum data diolah dengan teknik ANAVA (Analisis of Varians) perlu didahului dengan pengujian persyaratan agar hasil yang analisis regresi dapat digunakan untuk memberikan kesimpulan.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelu dilakukan analisis varians, yaitu :
1. Sampel harus diambil secara acak dan memenuhi sample minimum.
2. Untuk setiap kelompok harus berdistriibusi normal
3. Untuk setiap kelompok yang diketahui, varians harus sama (homogen).
Untuk persyaratan pertama yaitu sample diambil secara acak telah terpenuhi seperti telah pada bab III. Untuk persyaratan kedua yaitu persyaratan normalitas dilakukan pengujian sebagai berikut ;

1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap skor masing-masing kelompok latar belakang pendidikan siswa baik yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah dan yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama. Untuk itu dilakukan untuk menggunakan uji Liliefors dengan rumusan hipotesis statistic
Ho : Data populasi berdistribusi normal
H1 : Data Populasi tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika dari hasil perhitungan Lo maksimum lebih kecil dari Ltabel. Taraf signifikansi yang digunakan sebagai Menengah Pertama penolakan atau penerimaan keputusan normal atau tidaknya distribusi data adalah dengan taraf α = 0,05.
Dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 7 : Rangkuman Analisis Uji Normalitas.
No Kelompok Sampel Lo
(L-hitung) L-Kritik
(0,05) Kesimpulan
1 Madrasah Tsanawiyah -0,182 ns 0,220 Distribusi normal
4
Sekolah Menengah Pertama 0,0482ns
0,242
Distribusi normal
Keterangan : ns = non signifikan (Lhitung < L kritik (tabel) pada taraf signifikansi 0,05), berarti sebaran skor berdistribusi normal).
BerMenengah Pertamakan tabel diatas, diketahui bahwa keempat kelompok mempunyai harga Lo < L kritik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kedua sample berdistribusi normal.

 

2. Uji Homogenitas
Pengujian homogennitas varians dilakukan melalui pemeriksaan terhadap varians skor hasil siswa. Teknik yang digunkan adalah teknik F-test dari Bartley.
Hipotesis yang diuji adalah :
Ho : σ12 = σ12
H1 : σ12 ≠ σ12
Kreiteria pengujian adalah Ho jika dari hasil perhitungan Fhitung > F tabel. Taraf signifikansi yang digunakan sebagai Menengah Pertama penolakan atau penerimaan keputusan normal atau tidaknya distribusi adalah dengan taraf α = 0,05. Hasil perhitungan disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 8 : Uji Homogenitas Varians.
No Kelompok sample N Varians F-hitung F-tabel
0,05 0,01 Kesimpulan
1 Madrasah Tsanawiyah 15 0,62 2,95ns 4,18 7,60 Homogen
2 Sekolah Menengah Pertama 15 0,21

Keterangan :
n = jumlah sample
ns = non signifikan (F-hitung), tabel berarti varians pasangan data berasal dari kelompok yang homogen.

C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini berhubungan dengan pengaruh utama (main effect) variable bebas, yaitu latar belakang pendidikan siswa terhadap hasil belajar siswa.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan ANAVA dua jalur (two way ANAVA), dan hasil perhitungannya disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 9 : Hasil analsis dengan ANAVA.
Sumber Variansi db JK

Ftabel
Antar Kolom (B) 1 30 30 142,86** 4,02
Antar Baris (A) 1 5,4 5,4 12,86** 4,02
Interaksi (A x B) 1 0,02 0,02 0,04ns 4,02
Dalam 56 23,48 0,42 – –
Total direduksi 59 89,08 – – –

Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang di uji adalah hasil belajar siswa berasal dari Madrasah Tsanawiyah lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa berasal dari Sekolah Menengah Pertama.
Rumus hipotesis statistic adalah :
Ho : μA1 = μA2
H1 : μB1 > μB2
Skor rata-rata hasil belajar siswa berasal dari Madrasah Tsanawiyah adalah sebesar 6,37, sedangkan skor rata-rata hasil belajar siswa berasal dari Sekolah Menengah Pertama sebesar 5,8.
Dari hasil perhitungan ANAVA yang tertera pada tabel 9 di atas, dapat diketahui bahwa F-hitung (antar kolom) adalah 12,86 dan F-tabel dengan derajat kebebasan (dk) penyebut 1 dan derajat kebebasan (dk) pembilang 15 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 4,02. Dengan demikian F-hitung lebih besar dari F-tabel. BerMenengah Pertamakan hasil tersebut, maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan kata lain hasil belajar siswa yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang berasal dari Sekolah

D. Interpretasi Hasil Penelitian
Pada penelitian ini terdapat tiga hipotesis yang telah diadakan pengujian, dari pengujian tersebut menunjukan bahwa hipotesisnya diterima.
Hipotesis diterima, berarti hasil belajar siswa yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama. Dengan kata lain terdapat pengaruh positif siswa yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah terhadap hasil belajar siswa. Hasil ini didukung oleh temuan empiris yang menemukan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa berasal dari Madrasah Tsanawiyah sebesar 6,37 lebih tinggi bila dibandingkan dengan skor rata-rata hasil belajar siswa berasal dari Sekolah Menengah Pertama yaitu sebesar 5,8.

E. Keterbatasan Penelitian
Meskipun peneliti stelah berusaha maksimal dalam melaksanakan penelitian ini dengan baik, penulis sangat tidak beranggapan bahwa apa yang telah dilakukan sudah sempurna. Diakui bahwa masih terdapat kelemahan dan keterbatasan dalam penelitian ini. Kelemahan-kelemahan itu diantaranya :
1. Karena kelompok eksperimen dalam penelitian ini dilakukan pada satu sekolah, dan peneliti tidak mampu mengadakan pengontrolan terhadap siswa pada masing-masing kelompok tersebut, maka dalam hal ini kemungkinan besar mereka berinteraksi dengan teman-temannya sehingga ini akan mempengaruhi perolehan angka hasil belajar mereka.
2. Sampel penelitian yang relative kecil baik lokasi maupun jumlahnya. Maka hal ini yang dapat mempengaruhi generalisasi ke populasi dan sekaligus dapat mempengaruhi kesimpulan penelitian.
3. Karena semua variable penelitian ini meminta respon dari banyak orang dengan menggunakan angket (kuesioner) model skala likert untuk variable motivasi belajar, sedangkan untuk hasil belajar siswa menggunakan test berbentuk pilihan ganda, tidak jarang respon yang diberikan tidak dikontrol. Responden bisa saja memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi, atau dalam test pilihan ganda bisa saja responden menebaknya, sehingga mempengaruhi hasil penelitian ini. Dengan demikian hasil temuan penelitian ini perlu ditafsirkan secara hati-hati.
4. Mengenai data hasil belajar siswa yang angketnya berupa tes dalam bentuk pilihan ganda, kemungkinan besar siswa asal menebak dan tidak mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa seharusnya dikonfirmasikan dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan, dan hal ini tidak dilakukan oleh peneliti.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. BerMenengah Pertamakan hasil uji normalitas kedua kelompok berdistribusi normal, karena L hitung < L table (0,182 < 0,220), dan (0,0480 < 0,220)
2. BerMenengah Pertamakan hasil uji homogenitas pasangan data berasal dari kelompok yang homogen, karena F hitung < F table (2,95 < 4,18)
3. Begitu juga dengan hasil uji hipotesis, ternyata F hitung lebih besar dari F table (12,86 > 4,03), sehingga hipotesis diterima dengan kata lain : “Terdapat Pengaruh Positif Antara Latar Belakang Pendidikan Siswa Terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Tarbiyah, Kota Tangerang.

B. Saran-saran
BerMenengah Pertamakan kesimpulan serta hasil penelitian yang dipaparkan sebelumnya, maka agar para siswa memiliki kecendrungan untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang lebih baik diajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan upaya peningkatan motivasi belajar siswa baik melalui program-program yang bersifat umum maupun khusus, yang bersifat langsung maupun yang bersifat tidak langsung, sehingga mendorong mereka melakukan kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Perlu diupayakan pembenahan sarana maupun prasarana yang dapat menunjang proses pembelajaran, khususnya untuk penggunaan metode mengajar. Dengan demikian diharapkan perhatian dari pihak-pihak terkait, yaitu :
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapkan dapat mengusahakan dan menyediakan sarana dan prasarana seperti perlengkapan sumber belajar, sehingga siswa maupun guru dapat mencari informasi sebanyak-banyaknya. Hal ini akan memperlancar proses pembelajaran bagi siswa yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah maupun Sekolah Menengah Pertama.
b. Pengawas
Kepada Pengawas diharapkan dapat melakukan suvervisi ataupun pengarahan khususnya bagi guru mata pelajaran Bahasa Arab sehingga dapat memotivasi mereka untuk mengajar sebaik mungkin.
c. Guru (khusus guru mata pelajaran Bahasa Arab)
Dapat mengoptimalkan dan mengintruksikan penggunaan sumber belajar kepada para siswanya, sehingga mereka tidak mendapat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Arab khususnya siswa yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama.

3. Kaitannya dengan metode pembelajaran sebagai komponen pendukung hasil belajar siswa yang belum diujicobakan dalam penelitian ini, berarti kepada mereka yang tertarik pada bidang kajian ini untuk mengadakan penelitian dengan mencari metode pembelajaran yang cocok bagi mata pelajaran Bahasa Arab, sehingga memberikan sumbangan yang berarti pada peningkatan hasil belajarnya. Selain itu sebaiknya melakukan eksperimen dalam dua sekolah yang berbeda. Ini untuk mengusahakan hasil penelitian yang murni.
DAFTAR PUSTAKA
Al Falasany, Judi. 1986. Kunci Sukses Belajar. Semarang Aneka Ilmu.

Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Pustaka Setia

Djajadisastra, Jusuf. 1982. Metode-metode Mengajar. Bandung. Angkasa

F Station, Thomas. 1978. Cara Mengajar Dengan Hasil Yang Baik. Bandung
Diponegoro

N.K, Roestiyah. 1985. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Bina Aksara.

Natawijaya, Rochman. 1985. Psikologi Pendidikan Untuk SPG. Jakarta. CV Mutiara

Rooijakkers, Ad. 1989. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta. Grameadia

Surya, M. 1979. Psikologi Pendidikan. Bandung. IKIP

Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta. Bina
Aksara

Sudjana, Nana, 1989. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung. Angkasa.

S. Nasution. 1982. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung. Jemmars

Syah, Muhibbin. 1988. Psikologi Pendidikan. Bandung. IAIN

Suryabrata, Sumadi. 1985. Proses Belajar Mengajar Di Perguruan Tinggi.
Jogjakarta. Andi Offset.

Walgito, Bimo. 1989. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Jogjakarta. Andi
Opset.

Lampiran 1 :
Distribusi Frekuensi dan Histogram

2. Hasil Belajar Siswa Berasal Dari Sekolah Menengah Pertama
a. data terbesar = 4.5
b. data terkecil = 3
c. banyaknya data = 15
d. rentang (r) = 4.5 – 3 = 1.5 ditetapkan 1
f. banyak kelas interval (k) = 1 + (3.3 log 15) = 4.8 ditetapkan 4
g. Panjang interval (i) = r/k = 1.5/4 = 0.38 ditetapkan 0.5
i. ujung bawah kelas interval memperhatikan syarat i.k > r + 1
Tabel: Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa
Berasal Dari Sekolah Menengah Pertama

NO Interval Frekuensi Frek. Komulatif Frek.
Relatif %
1 3.0 – 3.4 2 2 13.33
2 3.5 – 3.9 5 7 33.33
3 4.0 – 4.4 6 13 40
4 4.5 – 4.9 2 15 13.33
J U M L A H 15 100

2. Hasil Belajar Siswa Berasal Dari Madrasah Tsanawiyah
a. data terbesar = 7.5
b. data terkecil = 5
c. banyaknya data = 15
d. rentang (r) = 7.5 – 5 = 2.5 ditetapkan 2
f. banyak kelas interval (k) = 1 + (3.3 log 15) = 4.8 ditetapkan 4
g. Panjang interval (i) = r/k = 2/4 = 0.5 ditetapkan 1
i. ujung bawah kelas interval memperhatikan syarat i.k > r + 1

 

Tabel: Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa
Berasal Dari Madrasah Tsanawiyah

NO Interval Frekuensi Frek. Kumulatif Frek.
Relatif %
1 4.5 – 5.4 2 2 13.33
2 5.5 – 6.4 4 6 26.67
3 6.5 – 7.4 7 13 46.67
4 7.5 – 8.4 2 15 13.33
J u m l a h 15 100

 

 

 

 

Lampiran 2 :
Data Hasil Penelitian Berdasarkan
Latar Belakang Pendidikan Siswa

No X Y
1 7 4
2 7 4
3 7 4
4 7.5 4
5 6.5 4
6 6 3
7 7.5 3.5
8 5.5 4
9 6.5 4.5
10 6 3.5
11 6 3.5
12 6.5 3.5
13 6.5 4.5
14 5 3
15 5 3.5

Keterangan :
X = Hasil Belajar Siswa Motivasi Tinggi Berasal Dari Madrasah Tsanawiyah
Y = Hasil Belajar Siswa Motivasi Rendah Berasal Dari Sekolah Menengah Pertama
Lampiran 3 :
Perbandingan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Siswa
Kelompok Kelompok
Madrasah Tsanawiyah Sekolah Menengah Pertama
Skor (X) F fX fX2 Skor (Y) f fY fY2
5 2 10 50 5 3 15 75
5.5 1 5.5 30.3 5.5 6 33 182
6 3 18 108 6 3 18 108
6.5 4 26 169 6.5 1 6.5 42.3
7 3 21 147 7 1 7 49
7.5 2 15 113 7.5 1 7.5 56.3
Jumlah 15 95.5 617 Jumlah 15 87 512
Mean 6.37 Mean 5.8
Median 6.5 Median 5.5
Modus 6.5 Modus 5.5
Stdev 0.78 Stdev 0.73
Varian 0.62 Varian 0.53
Lampiran 4 :

Perhitungan Persyaratan Analisis
I. Uji Normalitas
Uji Normalitas variable terikat terhadap variable bebas menggunakan uji Lilliefors. Adapun prosedur yang dilakukan sebagai berikut :
a. Hipotesis
Ho : X1, X2, X3, ….Xn data sample berasal dari populasi data yang menyebar normal
Hi : X1, X2, X3, ….Xn data sample berasal dari populasi data yang tidak menyebar normal
b. Pola setiap skor dijadikan angka baku z1 z2 z3…..zn dengan menggunakan rumus
z =
c. Peluang untuk masing-masing nilai Z berMenengah Pertamakan tabel Z (F(z))
d. Frekuensi komulatif dari masing-masing nilai Z (S(z))
e. Nilai Lo = F(z) – S (z), dari nilai Lo terbesar bandingkan dengan Lt dari tabel Lilliefors
f. Apabila Lo < Lt, maka sample berasal dari populasi yang berdistribusi normal pada taraf signifikansi α = 0,05
g. Kriteria Pengujian
Jika terjadi Lo < Lt maka Ho diterima dan jika Lo > Lt maka tolak Ho
Lampiran 5 :
Tabel : Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Siswa
Berasal Dari Madrasah Tsanawiyah

X1 f Fk zi F(zi) S(zi) IF(zi) – S(zi)I
5 2 2 -1.734 -0.048 0.133 -0.1815333
5.5 1 3 -1.101 0.1357 0.2 -0.0643
6 3 6 -0.468 0.3228 0.4 -0.0772
6.5 4 10 0.1646 0.5636 0.667 -0.1030667
7 3 13 0.7975 0.7852 0.867 -0.0814667
7.5 2 15 1.4304 0.9236 1 -0.0764
Jumlah 15
Mean 6.37
Stdev 0.79
Varian 0.62

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Lo = 0.182, sedang L kritik (L-tabel) dengan taraf signifikansi 0.05 untuk 15 adalah 0.220. Dengan demikian karena Lo < L-kritik, maka Ho diterima.
Kesimpulan :
Skor Hasil belajar siswa berasal dari Madrasah Tsanawiyah berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

 

 

 

 

Lampiran 6 :

Tabel 25 : Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Siswa
Berasal Dari Sekolah Menengah Pertama
X1 F Fk zi F(zi) S(zi) IF(zi) – S(zi)I
3 2 2 -1.522 0.0643 0.133 -0.0690333
3.5 5 7 -0.435 0.3336 0.467 -0.1330667
4 6 13 0.6522 0.7422 0.867 -0.1244667
4.5 2 15 1.7391 1.0482 1 0.0482
Jumlah 15
Mean 3.7
Stdev 0.46
Varian 0.21
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Lo = 0.0482, sedang L kritik (L-tabel) dengan taraf signifikansi 0.05 untuk 15 adalah 0.220. Dengan demikian karena Lo < L-kritik, maka Ho diterima.
Kesimpulan :
Skor Hasil belajar siswa berasal dari Sekolah Menengah Pertama berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Lampiran 7 :
Uji Homogenitas
Langkah-langkah Uji Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas varians yang dilakukan terhadap pasangan skor yang akan dibandingkan, yaitu :
“Pasangan skor hasil belajar siswa berasal dari Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Pertama”
Rumus statistic yang digunkan untuk pengujian ini adalah :

Kriteria Pengujian :
1. Menolak Ho (σ1 = σ1), Jika F hitung > F tabel
2. Menerima Ho (σ1 ≠ σ1), Jika F hitung < F tabel
Langkah-langkah uji homogenitas dengan uji F :
1. Menentukan besar varians masing-masing kelompok
2. Menentukan jumlah sample
3. dk = dkx – 1
4.
5. Menentukan besar F tabel dengan melihat nilai presentil untuk distribusi F dengan memperhatikan dk pembilang dan penyebut = α (dk pembilang, dk penyebut)
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Dengan Uji F

Kelompok Madrasah Tsanawiyah dan Kelompok Sekolah Menengah Pertama

F tabel untuk dk (1,29) α = 0.05 adalah 4.18 dan α = 0.01 adalah 7.60.
Kesimpulan : Karena F hitung < F tabel maka terima Ho. Artinya Varians kedua kelompok homogen
Tabel : Uji Homogenitas
No Kelompok Sampel N Varians F F Tabel Kesimpulan
hitung 0.05 0.01
1 Madrasah Tsanawiyah 15 0,62 2,95 ns 4,18 7,60 Homogen
2 Sekolah Menengah Pertama 15 0,21

Keterangan :
n = Jumlah sample
ns = non signifikan
F hitung < F tabel , berarti homogen

 

Lampiran 8 :
Pengujian Hipotesis
Anava Varian Dua Jalur
Langkah-langkah Pengujian Sebagai Berikut :

1. Menentukan disain

LBPS
Madrasah Sekolah Menengah Pertama Σb
Tsanawiyah
n1 = 15 n2 = 15 n12 = 30
ΣX1 = 95.5 ΣX2 = 87 ΣX12 = 182.5
ΣX12 = 616.75 ΣX22 = 512 ΣX122 = 1128.75
X1 = 6.37 X2 = 5.8 X12 = 6.08
n3 =15 n4 = 15 n34 = 30
ΣX3 = 66 ΣX4 = 56.5 ΣX34 = 122.5
ΣX32 =295 ΣX42 = 215. 75 ΣX342 = 510.75
X3 = 4.4 X4 = 3.7 X34 = 4.05
Σk n13 = 30 n24 = 30 nt = 60
ΣX13 = 161.5 ΣX24 = 143.5 ΣXt = 305
ΣX132 = 911.75 ΣX242 = 727.75 ΣXt2 = 1939.5
X13 = 5.38 X24 = 4.75 Xt = 5.065

Menentukan Jumlah Kuadrat (JK)
1. JK (T) = ΣXt2 = 1639. db = nt = 60

2. JK (R) = db = 1
3. JK (TR) = JK (T) – JK (R)
= 1639.5 – 1550.42
= 89.08 db = nt – 1
= 60 – 1 = 59

4. JK (A) =
= (608.02 + 504.6 + 290.4 + 212.82) — (1550.42)
= 1615.84 – 1550.42
= 65.42 db = k – 1
= ab – 1 = 4 – 1
= 3

a. JK (Ak) =
= (869.4 + 686.41) – 1550.42
= 1555.82 – 1550.42
= 5.4 db = a – 1 = 2 – 1
= 1

b. JK (Ab) =
= (1110.21 + 500.21) – 1550.42
= 1610.42 – 1550.42
= 60 db = 2 – 1 = 1
c. JK (I) = JK (A x B) = JK (A) – JK (Ak) – JK (Ab)
= 65.42 – 5.4 – 60
= 0.02 db = 1 x 1 =1

5. JK (D) =
= (616.75 – 608.2) + (512 – 504.6) + (295 – 290.4) +
(215.75 – 212.82)
= (8.55 + 7.4 + 4.6 + 2.93)
= 23.48 db = nt – k
= 60 – 4 = 56
Kontrol :
JK (A) + JK (D) = 65.42 + 23.48
= 88.9 JK (TR) = 89.09
Tabel ANAVA
Sumber Varian db JK
F tabel
Antar Kolom (B) 1 30 30 142.86** 4.03
Antar Baris (A) 1 5.4 5.4 12.86** 4.03
Interaksi(A x B) 1 0.02 0.02 0.04ns 4.03
Dalam 56 23.48 0.42 – –
Total Direduksi 59 89.08 – – –

 

Kesimpulan :
1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa karena latar belakang pendidikan siswa (F hitung = 142. 86 > F tabel = 4.03)

 

Tinggalkan komentar